Oleh : Luluk Khoirun Nisak
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
Air
minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terpenting. Kadar air tubuh
manusia mencapai 68 persen dan air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan
untuk manusia agar tetap hidup. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi
dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan
aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan
fisik, kimia, maupun bakteriologis. Untuk pertama kalinya Indonesia
memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk “AQUA” pada tahun 1972. Lambat
laun perkembangan air minum dalam kemasan berkembang pesat. Tetapi, makin lama
harga air minum dalam kemasan terasa mahal dan hanya dapat dijangkau oleh
golongan ekonomi menengah ke atas. Celah ini lah yang dijadikan oleh beberapa
orang dalam menjaring konsumen sendiri. Meski lebih murah, tidak semua depot
air minum isi ulang terjamin keamanan produknya. Air minum yang
dihasilkan oleh depot air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Tetapi dari hasil pengujian kualitas 120
sampel air minum isi ulang dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang,
Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) di
Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), menunjukkan bahwa kualitas air minum
yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot ke
depot lainnya.. Hasil studi sempat menjadi perhatian publik karena pada
beberapa sampel ditemukan adanya kontaminasi mikroorganisme. Sekitar 16% dari
sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform,
yang mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang.
Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin
tinggi pula resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup
dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang
kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala
diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah. Bakteri Coliform berdasarkan asal dan
sifatnya dibagi menjadi dua golongan: 1. Coliform fekal,
seperti Escherichia coli (merupakan
mikroba oportunitis yang dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, sseperti
terjadinya diare) yang berasal dari kotoran manusia.
2. Coliform non fekal, seperti Aerobacter dan Klebsiella yang bukan
berasal dari kotoran manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman
yang telah mati. Pemilik depot air minum merupakan orang yang paling
bertanggung jawab dalam usaha depot air minum dengan air tercemar tersebut.
Oleh karena itu, pemilik harus mengetahui kebersihan depot air minum. Hal ini
diperlukan agar pemilik depot air minum dapat lebih memahami dan menerapkan
cara produksi yang baik, sehingga masyarakat juga tidak dirugikan oleh
beredarnya air minum dari depot yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.
Jadi,
bagaimana agar tetap aman mengonsumsi air minum isi ulang?
Perhatikan
sanitasi botol kemasan. Berikut langkah-langkahnya:
- Cuci botol
kemasan dengan sabun pembersih alat dapur yang tidak beraroma. Tujuannya agar
tidak mempengaruhi rasa air yang akan diisi nanti.
- Setelah
bersih dari air sabun, bilas botol dengan air panas (suhu 80 derajat Celcius).
- Lalu,
tutup botol dengan rapat dengan plastik bersih. Buka tutup tersebut, tepat
sebelum botol diisi air minum isi ulang, sehingga debu tidak mudah masuk.
Selain itu,
lakukan usaha-usaha desinfeksi sendiri di rumah, misalnya rebus air minum isi
ulang tersebut di atas api hingga mendidih selama minimum 2 menit.
1 komentar:
apakah dengan adanya upaya2 yang di sebutkan di atas sudah dikatakan air itu sehat????berapa kira2 prosentase yg di dapat??????
Posting Komentar