Senin, 13 Mei 2013

BAHAYA REVIL AIR MINUM

Oleh : Luluk Khoirun Nisak
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN

Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang terpenting. Kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan untuk manusia agar tetap hidup. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis.   Untuk pertama kalinya Indonesia memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk “AQUA” pada tahun 1972. Lambat laun perkembangan air minum dalam kemasan berkembang pesat. Tetapi, makin lama harga air minum dalam kemasan terasa mahal dan hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi menengah ke atas. Celah ini lah yang dijadikan oleh beberapa orang dalam menjaring konsumen sendiri. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya.   Air minum yang dihasilkan oleh depot air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Tetapi dari hasil pengujian kualitas 120 sampel air minum isi ulang dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), menunjukkan bahwa kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang bervariasi dari satu depot ke depot lainnya.. Hasil studi sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan adanya kontaminasi mikroorganisme. Sekitar 16% dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform, yang mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang.     Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah. Bakteri Coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan: 1. Coliform fekal, seperti Escherichia coli (merupakan mikroba oportunitis yang dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, sseperti terjadinya diare) yang berasal dari kotoran manusia.
2. Coliform non fekal, seperti Aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari kotoran manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati.   Pemilik depot air minum merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam usaha depot air minum dengan air tercemar tersebut. Oleh karena itu, pemilik harus mengetahui kebersihan depot air minum. Hal ini diperlukan agar pemilik depot air minum dapat lebih memahami dan menerapkan cara produksi yang baik, sehingga masyarakat juga tidak dirugikan oleh beredarnya air minum dari depot yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Jadi, bagaimana agar tetap aman mengonsumsi air minum isi ulang?
Perhatikan sanitasi botol kemasan. Berikut langkah-langkahnya:
- Cuci botol kemasan dengan sabun pembersih alat dapur yang tidak beraroma. Tujuannya agar tidak mempengaruhi rasa air yang akan diisi nanti.

- Setelah bersih dari air sabun, bilas botol dengan air panas (suhu 80 derajat Celcius).

- Lalu, tutup botol dengan rapat dengan plastik bersih. Buka tutup tersebut, tepat sebelum botol diisi air minum isi ulang, sehingga debu tidak mudah masuk.

Selain itu, lakukan usaha-usaha desinfeksi sendiri di rumah, misalnya rebus air minum isi ulang tersebut di atas api hingga mendidih selama minimum 2 menit.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

apakah dengan adanya upaya2 yang di sebutkan di atas sudah dikatakan air itu sehat????berapa kira2 prosentase yg di dapat??????